Indah melewati lorong yang penuh bisik-bisik. Sesekali ia menoleh kikuk, tapi dengan cepat ia kembali menundukkan kepalanya. Ia tidak mengerti kenapa sepanjang perjalanan memasuki pelataran SMA nya, ia selalu merasa orang-orang sedang membicarakannya dalam bisikan dan ia merasa ditatap tajam oleh semua penghuni sekolah.
Ia memasuki kelasnya. Suasana yang sebelumnya ramai tiba-tiba menjadi hening seketika. Ia menghampiri tempat duduknya dan duduk disamping teman baiknya, Novi. Ada raut kecemasan di wajah sahabatnya itu, tapi Novi tetap tersenyum, walau tipis, pada Indah.
"Nov, lo ngerasa ngga, kayanya temen-temen agak aneh gitu deh ngeliat gw hari ini? Ada yang salah di muka gue ya?" Bisik Indah menyeruak rasa ingin tahunya. Novi meliriknya dengan kikuk.
"A.. Ahh.. Kayanya cuma perasaan lo aja deh, Ndah.." Jawabnya dengan agak tergagap.
Walau masih bingung, tapi Indah hanya mengangguk, mencoba percaya dengan jawaban Novi. Akhirnya jam masuk pun berdentang. Semua murid kini memasuki kelasnya masing-masing. Indah menyapa ramah kawannya yang duduk di depannya, seperti biasa.
"Ckck. Ngga nyangka banget gw cewe yang kayanya lugu ini ternyata.." Gumam Icha ketika Indah menyapanya. Icha berbalik badan. Indah mengerutkan kening seraya menatap Novi yang ternyata hanya bisa menunduk dalam-dalam. Baru akan bertanya pada Icha lagi, namun gurunya sudah memasuki kelas. Ia mengurungkan niatnya itu.
*****
"Haii Indaaah.. Cantik banget deh lo hari ini.." Sapa Reno, cowok yang terkenal bengal di sekolah. Indah mengacuhkannya, karena nggak ingin berurusan dengan cowok kurang sopan dihadapannya itu. "Waduuh.. Udah sok jual mahal nih sekarang.. Mentang-mentang udah dapet om-om kaya,euy.."
Sontak, Indah berhenti, menatap Reno dengan tajam.
"Kabarnya udah kesebar, Ndah.. Kalo lo kerja di kafe malem dan joget disana.. Wah, ternyata hoby kita sama, cuma gw ngga nyangka, lo juga suka dance.."
"Ta.. Tau dari mana gw kerja di kafe?" Indah mulai panik. Reno tertawa. Keringat dingin keluar dari kening Indah. "Siapa yang nyebarin fitnah gw dance di Blue's Cafe?"
"Ohhh.. Namanya Blue's Cafe yaa.. Hemm.. Udahlah Ndah.. Ngga usah ngelak lag__"
"Denger! Gw bukan cewe yang seperti kalian duga! Gw ngga ngelakuin sesuatu yang salah disana. Gw cuma cari penghasilan disana. Itu aja!" Tegas Indah pada orang-orang yang sudah berkerumun di sekeliling mereka. Wajah Indah memerah, tanda ia sangat kesal. Ia melihat Novi berdiri di dalam kerumunan dan terlihat mencurigainya. Ia sampai tidak percaya dengan penglihatannya, bahkan Novi meragukannya dan mempercayai perkataan orang lain!
"Kalo gitu bener lo jual tubuh lo demi dapetin uang?" Celetuk seorang cewek dari arah kerumunan. Terdengar gumaman samar dari anak-anak.
"Ngga! Itu fitnah! Bohong.." Pekik Indah
"Kalo itu bohong, lo bisa kasih tau kita dong, apa kerja lo disana?"
Kali ini Indah terdiam. Ia tidak bisa memberitaukannya. Ini sudah jadi rahasia yang ia simpan sejak tiga bulan lalu. Ia berdiri menghadang orang-orang yang menunggu jawabannya dan menatapnya dengan campuran ingin tahu dan melecehkan.
"Ngga bisa gw kasih tau. Yang jelas gw ngga melakukan pekerjaan kotor disana.."
"Siapa yang mau percaya Banyak kilah cewe ini.."
Akhirnya Indah tidak tahan lagi. Ia berlari menembus kerumunan. Ia tidak tau mau kemana, yang jelas, ia hanya ingin menjauh dari gedung itu sekarang. Air matanya keluar tiba-tiba, tak dapat dibendungnya. Tanpa disadari ia menabrak orang di depannya.
"Ahh.. Maaf.. maaf.." Ucapnya sambil menunduk.
"Gapapa.. Ng.. Lo.. Indah ya?"
Indah mendongak dan menatap Galuh. Cowok yang cukup terkenal di sekolah karena selalu menjadi juara umum tiap tahunnya dan sering memenangi olimpiade sains. Ditambah lagi reputasinya yang bersih karena Galuh juga merupakan pengurus OSIS.
Indah menghapus air matanya, namun cairan itu tidak berhenti juga. "Silahkan.. Kalo lo mau ngomong juga.. Silahkan.." Kata Indah
"Apa?"
"Soal gw kerja di kafe.."
"Oooh.. Sebenarnya gw__" Kata-kata Galuh dipotong cepat oleh Indah. "Gabung aja sama mereka! Gabung aja sama mereka yang sebelumnya ngga pernah sekalipun melirik gw, tapi tiba-tiba fitnah yang mereka bawa.. Ahh.. Bukan, pasti mereka menganggap itu fakta.. Silahkan.. Ikutin aja mereka.."
Indah berlari. Ia melewati gerbang sekolah dan terus berlari menyusuri jalan. Tak mau sekalipun menoleh ke belakang. Akan terhampar masa-masa sulit yang mengikatnya. Msa-masa dimana ia sendirian dan butuh segalanya.. Tapi tak ada yang memerdulikannya.
Nafasnya memburu, akhirnya ia berhenti, mengatur nafasnya yang kelelahan. Ia duduk di bangku halte. Menunduk menatap jemarinya yang tidak mulus layaknya kulit remaja wanita lainnya, karena tangannya telah mengerjakan tugas di luar semestinya. Ia menangis. Tiba-tiba ada yang menyentuh pundaknya. Cepat, ia menoleh. Jantungnya berdegup cepat.
*****
BERSAMBUNG...
0 komentar:
Posting Komentar