Indonesia punya Malang. Malang punya Gunung Semeru..

Pemandangan Danau Ranukumbolo dilihat dari atas Tanjakan Cinta.

Indonesia punya Garut. Garut punya Gunung Papandayan..

Papandayan itu kaya. Ada hutan mati. Ada Tegal Alun, kebunnya bunga Edelweis.

Indonesia punya Jogjakarta. Jogjakarta punya Goa Pindul

Di ujung Goa Pindul, sambil cavetubbing kita akan bertemu kubah terang Goa..

Indonesia punya Lombok. Lombok punya Tanjung Aan..

Naik ke bukit di Tanjung Aan dan lihatlah sekeliling dari atas sana.

Selasa, 17 Januari 2012

Semi Novel : BAB II (Part 1) -> Untuk sukses butuh keberuntungan, pun dalam hal pembobolan toko perhiasan..

BAB II

“Hidup ini begitu dramatis. Aku seperti berdiri di atas panggung teather dan menjalankan peran dalam drama yang kumainkan. Sebagus apapun aku berperan, semua penonton tidak pernah puas pada usahaku. Hingga akhirnya aku benar-benar hilang kendali di atas panggung dan semua orang memperlakukanku sebagai sampah.”

Djenas mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Ia menoleh ke belakang dan tidak melihat satu orang pun yang mengejarnya. Ia yakin telah berada jauh dari tempat tadi. Ia sudah berlari cukup jauh dan sempat menumpang diam-diam dengan sebuah mobil bak terbuka yang membawa banyak sayuran. Ia sukses menyelundupkan diri ke dalam gunungan sayuran segar itu.

Ia meraba jaketnya dan tersenyum puas. Bungkusan berisi permata dan perhiasan yang berhasil ia curi dengan cukup cerdik dan dipenuhi keberuntungan, aman tersimpan di dalam kantung jaket bagian dalam.

Dengan puas, ia menertawakan pegawai toko perhiasan yang barusan ia bobol. Seharian ia hanya meringkuk di dalam lemari tepat di bawah etalase perhiasan yang dijual. Berkali-kali pegawai toko itu membuka lemari dan mengambil sesuatu, tapi tetap tidak menyadari keberadaan dirinya yang sudah hampir mati sesak nafas, meringkuk, dan membuat tubuhnya sekecil mungkin agar dapat bersembunyi di balik kardus yang berisi kain-kain spanduk itu.

Pagi hari, ia mengikuti salah satu pegawai yang masuk ke dalam toko majikannya yang sedang sial itu. Ia sendiri tak tau pegawai yang satu lagi kenapa belum datang. Ketika si pegawai keluar sebentar untuk membeli bubur ayam, toko dibiarkan kosong, mungkin dikiranya tak akan ada pencuri yang akan mencuri di tempat kerjanya pada pagi hari. Memang tidak. Djenas tidak akan melakukannya di pagi hari. Ia punya timing yang tepat untuk menjalankannya. Djenas bukan pencuri amatiran yang bekerja mendekati resiko. Ia mengambil sederetan kunci yang ditinggalkan si bodoh itu, baru akan mencari salah satu kunci untuk membuka lemari, tapi yang didapatnya lebih dari itu: pintu lemari tidak terkunci! Hari ini hari keberuntungannya. Ia meletakkan kunci-kunci tadi di tempat semula dan melenyapkan diri ke dalam lemari yang ternyata lebih besar dari kelihatannya. Buktinya, ia bisa bersembunyi dengan aman di pojokan lemari, walau nafasnya makin lama makin tak karuan karena kekurangan oksigen.

Tiap ada pegawai yang membuka pintu lemari, Djenas sangat senang karena setidaknya bisa menghirup udara baru, tapi juga khawatir ketahuan. Namun nyatanya hari itu memang hari keberuntungannya.

Ada empat pegawai di toko itu, dua di pagi hari dan dua di siang hari. Tak hanya pegawai di pagi hari yang bodoh, tapi juga dua pegawai selanjutnya. Kira-kira pukul delapan malam – ia juga tidak tau tepatnya jam berapa, ia hanya mengira-ngira jam ketika toko tutup – salah satu pegawai izin pulang duluan, tersisalah satu pegawai saja yang bertugas menutup toko. Si pegawai shift sore itu menerima telepon. Djenas memasang telinga baik-baik.

“Iya pak__ Oh,saya sudah mau pulang sekarang..__ Saya sudah mengunci etalase dan semua jendela, juga semua lemari__ Ya, tinggal mengunci pintu masuk saja sebelum pergi__ Baik, saya ngga akan lupa__ Baik,pak__ Oh,apa? Pak Joko?__ Oh,baik pak.. Pemilik restoran depan toko bakmie itu kan?__ Baik, saya menemuinya setelah menutup__ Ah.. baik.. baik.. Sekarang ya,pak? Baik..__ Iya..”

Pembicaraan pun selesai. Setelah itu Djenas mendengar suara langkah kaki makin menjauh. Kelihatannya si pegawai berlari keluar menemui Pak Joko yang disebutkannya tadi. Djenas membuka pintu lemari yang ia tau belum dikunci. Si pegawai selain bodoh, juga pembohong besar. Di telepon ia mengaku sudah mengunci semua lemari, padahal kenyataannya ia lupa menguncinya.

Rasanya lega sekali menghirup udara bebas. Djenas ngga perlu repot-repot memakai penutup wajah, karena toko ini tidak dilengkapi kamera pengawas. Satu hal bodoh yang kali ini dilakukan si pemilik toko. Betapapun sangat amannya suatu tempat, tetap saja kewaspadaan itu penting. Pemilik toko sepertinya terlalu percaya diri.

Keberuntungannya datang lagi. Ia melihat sederetan kunci diatas etalase yang tak sengaja ditinggalkan pegawai tadi. Tadinya Djenas hanya mau mengambil nafas saja keluar lemari, tapi sekarang ia punya rencana yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Rencana sebelumnya ia malah ingin membobol etalase di tengah malam, rencana yang memang belum sempurna, karena kemungkinan gagal sangat besar. Toko ini dilengkapi dengan system keamanan alarm.

Djenas mengambil kunci. Ia membaca tulisan ‘etalase’ di salah satu kunci. Berkali-kali ia menengok ke belakang takut pegawai itu datang, karena tidak kelihatan dari dalam. Rolling Door di sekeliling toko ini sudah dipasang. Satu-satunya jalan masuk adalah dari pintu depan.

Ia meraih kunci etalase dan membuka etalase di depannya dengan hati-hati. Sial, sedikit kesialan mengganggunya. Kunci etalase agak macet dan ketika ia memaksakan membuka kuncinya, suara yang keluar cukup keras. Dengan gugup ia menoleh ke belakang. Terdengar suara-suara berisik di belakangnya. Apa? Suara apa?

Djenas bisa merasakan keringat dari keningnya menetes. Ia menahan nafas..

O O O O O O

Bersambung ke BAB II part 2


Silahkan dibaca cerita sebelumnya:

BAB I: BAB I -> Kebosanan ini bisa membunuhku..