Sabtu, 10 Desember 2011

Cerbung: Kakakku, Kesendirianku.. (2)

Hari ini aku pulang cepat dari sekolah. Guru-guru mau rapat. Begitu sampai rumah, aku melihat kakak baru selesai mencuci piring. Ya ampun, tumben banget kakak di rumah jam segini.. Masa dia tidak kerja?

Aku melewatinya tanpa suara, tapi tiba-tiba dia duluan yang menyapaku.

“Kok pulang jam segini?” Tanyanya.
“Guru-guru rapat, jadi murid dipulangin.” Jawabku pendek sambil menuang air minum.

“Ohh.. Ganti baju gih..”

Aku mengangguk dan meliriknya. “Ka Rima ngga kerja?” Tanyaku sedatar mungkin.

“Bukan urusan kamu..” Jawabnya tidak kalah datar lalu langsung masuk ke dalam kamarnya. Aku menatap pintu kamarnya dengan pedih. Bukan urusan aku? Memangnya kau ini siapanya? Tetangganya?

Terdengar suara musik cukup keras dari dalam kamar kakak. Hal yang biasa ia lakukan ketika pulang kerja. Tuh.. Bagaimana orang ngga kesel coba.. Malam-malam kakak suka nyalain musik kenceng-kenceng dan kalau diprotes, ia akan bilang kalau musik bisa menghilangkan kelelahannya. Huhhh..

# # # # #

Ibu bilang kakak dipecat dari pekerjaannya. Kakak tadinya bekerja di suatu perusahaan yang memproduksi biskuit dan makanan ringan. Setiap awal bulan kakak biasa membawa berbagai hasil produksi mereka. Aku tidak tau tepatnya pekerjaan apa yang kakak kerjakan, namun mendengar bahwa kakak dipecat dari pekerjaannya karena perusahaannya sedang mengurangi pegawai, aku tidak tau harus senang atau sedih.

Ibu menyuruhku mengantar air jeruk hangat untuk kakak, jadi dengan enggan aku melaksanakannya. Aku mengetuk pintu kamar kak Rima.

“Siapa?” Tanyanya. Suaranya terdengar serak. Ah, pasti kakak banyak menyanyi dengan keras di dalam diiringi musik yang dinyalakannya keras-keras.

“Ini air jeruk dari ibu..” Jawabku
“Taro aja di pintu..”

Aku mengikuti instruksinya, tapi aku tidak langsung beranjak pergi. Kupikir sepatah dua patah kata harus kuucapkan untuk sedikit menghibur kak Rima. Sebenarnya itu disuruh oleh ibuku. Aku tidak tau mau mengatakan apa, jadi aku baru memikirkannya sekarang.

Tiba-tiba pintu kamar kakak terbuka. Aku mendongak dan melihat wajah kak Rima pucat. Sepucat mayat dan matanya kuyu. Aku menatapnya dnegan kaget dan ia juga terlihat tak kalah kaget, sampai langsung menutup pintu dengan keras. Beberapa saat aku terhenyak. Tak mampu bergerak.

Begitu sadar, aku mengetuk-ngetuk pintu dengan keras. “Kakaaak..Kak Rima keluar,kak..Kakak kenapa? Kakaaaak..” Seruku dengan kencang. Tapi kak Rima tidak juga membuka pintu kamarnya. “Kak Rimaaa.. Kakaaak..!!”

Ibu tergopoh menghampiriku dan bertanya ada apa. Aku tak mampu menjawab hanya air mata yang bisa kukeluarkan, Ibu ikut mengetuk pintu kamar kakak, namun sama, tidak ada jawaban. Akhirnya ibu memanggil seseorang, sementara aku terjongkok menangis. Bayangan wajah pucat kakak yang menyakitkan barusan terekam jelas di pikiranku.

Ibu datang bersama Pak Samin, tetangga sebelah. Pak Samin mendobrak pintu kamar kakak dan pemandangan di dalam membuatku membatu tak percaya.

# # # # #

0 komentar:

Posting Komentar