Selasa, 04 Oktober 2011

Cerbung: Aku Belajar dari Kata Maaf (3-end)

"Kenapa sih lo deket-deket sama cewek yang udah ngga punya reputasi baik itu?"
Spontan Galuh menoleh dan menatap Riska dengan tajam.

"Kenapa, Luh? Lo naksir cewek nakal itu? Ha? Lo ter__" Kata-kata Riska dipotong cepat oleh Galuh.

"Jangan pernah mengatakan hal kaya gitu lagi! Lo tuh ngga tau apa-apa tentang dia, tentang hidupnya! Jadi jangan seenaknya memvonis posisinya! Lo.. Ikut campur urusan orang aja!"

Galuh pergi meninggalkan Riska dengan kening berkerut.

*****

Novi mendekati Indah yang sedang asyik membaca novel. Indah menoleh sekilas. Novi duduk di depan cewek itu dan menatapnya. Matanya berkaca-kaca.

"Maafin gw, Ndah.. Maaf.." Ucapnya lirih
"Lho, kenapa?"
"Gw ngga percaya sama lo. Gw termakan fitnah. Padahal harusnya gw tau, lo itu bukan tipe cewek yang akan melakukan itu. Lo sahabat yang baik."

Dengan bingung, Indah menatap Novi. "Maksud lo? Lo udah tau?"

"Cleaning Service bukan sesuatu yang kotor. Indah, maaf.. Harusnya gw bisa lebih memahami lo. Maaf.. Gw malah kemakan sama gosip, gw bener-bener bukan sahabat yang baik. Maaf.. Gw.. Gw.."

Seraya tersenyum, Indah menggenggam telapak tangan Novi dengan erat, ia berkata "Gw udah bisa nerimanya kok, Nov.. Ngga apa-apa.. Sungguh.. Itu udah biasa gw terima.. Jangan meminta maaf, itu ngebuat gw ngerasa berarti.. Itu memang baik, tapi gw ngga biasa menerimanya.."

"Nggak, Indah.. Lo berarti.. Sungguh.. Sangat berarti.."

Novi memeluk tubuh Indah. Novi menangis di pelukan sahabatnya itu. Indah pun tak mampu membendung air mata yang memaksa keluar. Kedua cewek itu saling menumpahkan rindu yang selama ini ditahan. Diam-diam Galuh memperhatikan kehangatan itu dengan senyum merekah di wajahnya.

*****

Gosip itu hilang. Menguap seiring berlalunya waktu dan kenyataan yang terungkap. Tapi, Indah masih ssaja menerima tatapan-tatapan. Memang bukan tatapan sinis seperti yang dulu ia terima.. Tapi tatapan yang sama sakitnya baginya. Tatapan iba!

"Gw.. Gw bener-bener ngga suka keadaan ini! Ini semua karena lo!" Indah menumpahkan rasa sakitnya pada Galuh.

"Gw cuma mau menjernihkan keadaan aja, Ndah. Gw cuma mau mereka tau kalo lo bukan cewek hina seperti yang mereka bicarakan. Gosip yang berkembang udah ngga bisa dibiarin lagi. Gw juga ngga suka keadaan dimana lo dipojokkan, padahal lo ngga melakukan hal yang salah"

"Tapi gw ngga kuat.. Ngga kuat menerima tatapan iba.."

Galuh berdiri dan memukul tembok. Benci dengan keadaan seperti ini. "Lo salah mengartikan pandangan mereka.. Mereka salut sama lo, bukan kasihan! Dan harusnya lo bisa merasakan itu. Lo harus percaya.. Gw sangat ingin keadaan ini berlalu.."

Dan cowok itu berdiri, memunggungi Indah dan berjalan manjauh. Meninggalkan Indah bersama kegundahannya dan bersama kebingungan yang ia terima berturut-turut tanpa punya persiapan untuk mengatasinya.

*****

Semua karena Galuh. Ia membuat Indah kembali tersenyum. Seiring Novi yang selalu bersama dan menemaninya. Ia menyadari, ia tidak sendirian di dunia ini. Ia pun menyadari mempunyai seorang sahabat adalah hal paling indah yang pernah ia terima dari Tuhan.

"Tumben nih halte sepi.."

Dengan kaget Galuh menoleh dan tersenyum melihat kedatangan Indah. "Soalnya waktu pulang sekolah udah lama selesai. Lo kenapa baru pulang sekarang?" Tanyanya.

"Abis ulangan susulan.. Lo sendiri?"
"Ulangan susulan? Lo ngga masuk? Kenapa?"
"Oh.. Ng.. Itu, pusing dikit kemaren.. hhe"
"Masih sakit?"

Indah menggeleng. "Sekarang semuanya terasa indah lho, Galuh.. Makasih ya.. Rasanya dunia gw berubah.. Lo bener-bener sahabat yang baik.."

Galuh tersenyum. "Lo pantas lagi menerimanya. Bener kan gw bilang, lo itu cewek yang kuat dan lo ngga sendirian.."

Indah ikut tersenyum. Ia memandangi sekitar halte dan tersenyum makin lebar. Mereka berada di halte tempat dulu pertama kali Indah menangis di depan Galuh. Galuh menatap kejauhan.. Menerawang.

"Gw ngga tau deh kalo waktu itu lo ngga ngejar gw, pasti sekarang gw udah bener-bener jatuh. Terima kasih.. lo bisa hadir dalam hidup gw. Lo tuh kaya malaikat pembawa kehangatan.. Ini ngga berlebihan tapi emang itu yang gw rasakan. Pertama dalam hidup gw, gw ngerasa sehangat sekarang.. Makasih ya.." Ujar Indah seraya menatap Galuh lekat.

Cowok itu menghela nafas panjang dan berat. Ia membulatkan tekadnya. Ya! Sudah saatnya! Dan kini saatnya tiba..!

"Maafin gw, Ndah.." Ujar Galuh tiba-tiba. Indah menoleh.
"Untuk apa?"

"Untuk rahasia yang selama ini gw pendam dan ngga mampu gw ungkapkan. Untuk rahasia yang membuat lo selama ini merenung sambil nangis.." Sambung Galuh. Indah tidak mengerti arah pembicaraan Galuh. Ia menatapnya dengan kening bertaut. "Ngg.. Sebenarnya.. Orang tua gw.. Adalah pengemudi yang hampir menabrak mobil orang tua lo.. Maaf.. Maaf.." Galuh melirik cewek di sebelahnya yang sudah terbelalak kaget. "Maaf gw merahasiakannya lama dari lo.. Maaf karena orang tua gw membuat lo kehilangan satu komponen penting dalam hidup lo.."

Indah menatap Galuh dengan tak percaya. Ia menggeleng lemah.

"Maaf karena orang tua gw hidup.. Maaf karena mereka hanya mendapat luka-luka ringan sementara luka terlebar menggores kehidupan lo.. Maaf.."

Indah masih menggeleng tak percaya. "Galuh.."

"Maaf.. Maaf.." Galuh menunduk. Wajahnya menunjukkan penyesalan dan kesedihan yang dalam. Indah menangkap itu di matanya yang jernih. "Dari awal gw tau lo siapa.. Makanya gw merasa bersalah, dan gw mencoba membantu lo semampu gw bisa. Karena gw merasa bertanggung jawab atas penderitaan yang lo rasakan. Maaf. Gw tau lo pasti akan membenci gw.."

Indah terdiam. Membisu. Kali ini air matanya kembali terurai. Galuh berdiri dan hendak berjalan, namun Indah bergegas beranjak dan menahan tangannya. Menggenggamnya dengan erat dan merasakan kehangatannya.

"Jangan pergi.. "

Kini, Galuh yang terdiam tak mampu berkata apa-apa.

"Setelah semuanya, sekarang lo juga akan ninggalin gw?" Bisik Indah.
"Tapi.."
"Bagaimana mungkin sahabat yang memberi kehangatan untuk hidup gw bisa menjadi orang yang gw benci?"

*****

0 komentar:

Posting Komentar